Contoh Slogan Beserta Maknanya

Contoh Slogan Beserta Maknanya

Contoh Teks Anekdot Lucu dan Menyindir

Suatu hari Abu Ali pergi ke pasar dan membeli sembilan keledai. Dia pulang ke rumah dengan menunggangi salah satu keledai, dan delapan ekor keledai lainnya mengikuti di belakang.

Setelah beberapa saat, Abu Ali berkata pada dirinya sendiri, “Saya harus memastikan semua keledai saya ada di sini.” Ia berbalik untuk menghitungnya.

“Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan. Oh! Di mana keledai yang kesembilan?” Abu Ali panik.

Ia melompat turun dari keledainya, melihat ke balik bebatuan dan balik pepohonan. Tapi tidak ada keledai yang tertinggal.

“Saya akan menghitungnya lagi,” kata Abu Ali. “Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan. Oh, keledai yang kesembilan pasti sudah kembali.”

Abu Ali kembali menunggangi keledainya dan pergi.

Setelah beberapa saat, Ia menghitung keledainya lagi. Tapi jumlah yang dihitungnya hanya ada delapan ekor keledai! Sekali lagi Ia melihat ke balik bebatuan dan balik pepohonan. Tapi tidak ada keledai yang tertinggal.

“Saya akan menghitung lagi,” katanya, dan kali ini ada sembilan ekor.

Saat itu Abu Ali melihat temannya Musa sedang berjalan. “Musa,” panggilnya. “Bantu saya menghitung keledaiku. Saya merasa selalu kekurangan satu ekor. Kalau saya berhenti untuk menghitung ada berapa ekor, saya hanya melihat delapan ekor saja. Tapi kalau saya turun dari keledai yang sedang ditunggangi lalu mencoba berhitung, keledai yang kesembilan, dia ada lagi!”

“Saya justru bisa melihat ada sepuluh ekor keledai,” tawa Musa. “Dan keledai yang kesepuluh namanya Abu Ali.”

Dari contoh teks anekdot di atas dapat diketahui bahwa Abu Ali tidak pandai dalam berhitung. Musa menganggap Abu Ali sebagai keledai karena ia tidak bisa menghitung sesuatu yang sederhana. Hal yang bisa kamu pelajari dari teks anekdot ini adalah untuk tidak naif dan polos, agar tidak merugikan diri sendiri.

Baca Juga: Kumpulan Contoh Teks Laporan Hasil Observasi berdasarkan Strukturnya

Contoh Teks Anekdot Menyindir Seseorang

Menyambung Kabel Telepon

Setelah lulus dari perguruan tinggi, Fathan menemukan salah satu pamannya yang sangat kaya dan tidak memiliki anak, meninggal dan meninggalkan banyak uang untuknya, jadi dia memutuskan untuk mendirikan agen perumahannya sendiri.

Fathan menemukan kantor yang bagus. Ia membeli beberapa perabot baru dan pindah ke sana. Ia baru berada di sana selama beberapa jam ketika dia mendengar seseorang datang ke pintu kantornya.

“Itu pasti pelanggan pertamaku,” pikir Fathan. Ia segera mengangkat telepon dan berpura-pura sangat sibuk menjawab panggilan penting dari seseorang di Jakarta Utara yang ingin membeli rumah besar dan mahal di daerah tersebut.

Pria itu mengetuk pintu, masuk dan menunggu dengan sopan sampai Fathan menyelesaikan percakapannya di telepon. Kemudian pria itu berkata kepada Fathan, “Saya dari perusahaan telepon dan saya dikirim ke sini untuk menyambungkan kabel telepon Anda.”

Pada contoh teks anekdot di atas, cerita tersebut membahas dengan jelas mengenai Fathan yang ingin menyombongkan diri dengan berpura-pura sibuk menerima telepon. Namun petugas perusahaan telepon yang melihat Fathan tahu bahwa telepon di gedung itu tidak berfungsi. Contoh teks anekdot tersebut memberi konteks siapa itu Fathan dan apa yang sedang dia lakukan, sehingga pembaca dapat memahami makna ceritanya. Hal yang bisa kamu pelajari dari cerita ini adalah untuk tidak berusaha sombong dan mengetahui situasi yang kamu hadapi.

Baca Juga: Kumpulan Contoh Teks Negosiasi beserta Jenis dan Strukturnya

Contoh Teks Anekdot Mengkritik Fasilitas

Seorang guru sedang mengabsen anak muridnya sebelum memulai pelajaran.

Pak guru tidak mendapat jawaban. Tiba-tiba, Gulman pun masuk ke kelas.

Guru: “Abis dari mana saja kamu, Gulman?”

Gulman: “Maaf pak, tadi saya habis sarapan di warung depan sekolah.”

Guru: “Loh, ngapain kamu jauh-jauh ke sana. Kita kan sudah punya kantin di seberang UKS.”

Gulman: “Itu kantin, pak? Saay kira petakan, kecil banget!”

Para murid pun tertawa mendengar jawaban Gulman).

Teks anekdot di atas bukan sepenuhnya humor, ya. Penulis menyelipkan kritik terhadap suatu hal, yaitu kantin sekolah yang dianggapnya terlalu kecil. Pada teks, Gulman mengungkapkan sindiran dengan menyamakan kantin sekolah dengan sebuah petakan.

Contoh Teks Anekdot Bahasa Jawa

Pak Guru lan Jehan Esuk iku pelajaran Bahasa Inggris. Jehan koyo biasane manggon mburi karo ngemuti pensil. Pak Guru menunjuk Jehan kon jawab pertanyaan.

Pak Guru: “Jehan, cobo jawab basa inggris pintu opo?”

Pak Guru: “Nek boso Inggris buka pintu?”

Jehan: “Open the door, Pak.”

Pak Guru: “Kalau boso Inggris pintu ora dibuka opo?”

Jehan: “Gedoor-gedoor, Pak.”

Pak guru: “Wo lha, ngawur.”

Teks anekdot ini mengandung unsur humor yang timbul dari kesalahpahaman Jehan dalam menerjemahkan Bahasa Inggris. Ketika Pak Guru bertanya tentang bagaimana mengatakan “pintu tidak dibuka” dalam bahasa Inggris, Jehan dengan asal menjawab “gedoor-gedoor,” yang terdengar seperti suara pintu diketuk, bukan jawaban yang benar.

Para murid seringkali memberikan jawaban yang asal-asalan atau keliru, namun menimbulkan tawa karena kepolosan mereka. Ini menandakan, belajar perlu dilakukan dengan sungguh-sungguh agar pemahaman benar-benar terbentuk, bukan sekadar mencoba menjawab tanpa berpikir.

Contoh Teks Anekdot Menyindir Teman

Saran yang Tidak Konsisten

Hani: “Ras, kayaknya aku benar-benar harus mulai mengontrol pengeluaran, deh. Uang bulananku selalu habis sebelum akhir bulan.”

Laras: “Bagaimana cara kamu bisa mengontrolnya?”

Hani: “Aku berpikir untuk membuat anggaran bulanan yang ketat. Tapi, ada temanku yang memberi saran untuk berhenti membeli barang-barang yang tidak perlu.”

Laras: “Kalau menurutku sih, itu saran yang baik, mengurangi pengeluaran tidak perlu bisa sangat membantu kita agar tidak terlalu boros.”

Hani: “Iya sih, tapi dia memberi saran itu sambil memamerkan tas baru yang dia beli, tas mewah seharga puluhan juta!”

Laras: “Oh, jadi dia memberi saran itu sambil mengenakan membawa tas mahal?”

Hani: “Iya, Ras! Aku pikir dia memahami ‘pengurangan pengeluaran’ dengan cara yang berbeda.”

Laras: “Hmm, aku rasa dia lupa bahwa kata-kata bijak sering kali lebih mudah diucapkan daripada dilakukan.”

Dalam cerita ini, Hani menerima saran dari temannya untuk mengontrol pengeluaran dan berhenti membeli barang-barang yang tidak diperlukan, tetapi orang yang memberikan saran itu justru memamerkan tas mahal. Ini menggambarkan ironi karena seringkali, nasihat tidak dilakukan oleh orang yang mengatakannya sendiri. Sehingga menunjukkan bahwa memberikan nasihat lebih mudah daripada benar-benar melakukannya.

Contoh Teks Anekdot Lucu

Sekarang Pukul Berapa?

Seorang gelandangan tidur di taman. Ia dibangunkan setelah tidur selama 5 menit oleh seorang pria. “Permisi. Apakah Anda tahu pukul berapa sekarang?” Gelandang itu menjawab, “Maaf saya tidak punya jam tangan, jadi saya tidak tahu sekarang pukul berapa.” Pria itu meminta maaf karena membangunkan gelandangan itu, lalu melangkah pergi. Gelandang itu kembali melanjutkan tidurnya. Setelah beberapa saat, Ia dibangunkan oleh seorang wanita, yang sedang berjalan-jalan dengan anjingnya.

Wanita itu berkata, “Maaf mengganggu tidur Anda, tetapi sepertinya saya kehilangan jam tangan saya. Apa Anda tahu sekarang pukul berapa?” Gelandang itu sedikit kesal karena dibangunkan lagi, tetapi dia dengan sopan memberi tahu wanita itu bahwa dia tidak punya jam tangan dan tidak tahu pukul berapa.

Setelah wanita itu pergi, gelandangan itu punya ide. Ia membuka tas miliknya dan mengeluarkan pena dan selembar kertas. Di kertas itu, Ia menulis, ‘Saya tidak punya jam tangan. Saya tidak tahu sekarang pukul berapa.’

Ia kemudian menggantungkan kertas itu di lehernya dan kembali melanjutkan tidurnya. Setelah sekitar 15 menit, seorang polisi yang sedang berjalan di taman melihat gelandangan tertidur di bangku, dan membaca tulisan yang digantung di lehernya.

Polisi itu membangunkan si gelandangan dan berkata, “Saya membaca tulisan yang digantung di leher Anda. Saya pikir Anda ingin tahu bahwa sekarang pukul 14.30.”

Makna teks anekdot lucu di atas memberi penjelasan bahwa seorang gelandangan berusaha untuk tidur, tapi selalu diganggu oleh orang-orang yang melewatinya dengan menanyakan pukul berapa saat itu. Ia memiliki ide agar orang-orang berhenti mengganggu tidurnya dengan menuliskan informasi bahwa ia tidak tahu pukul berapa saat itu, sehingga orang-orang tidak akan menanyakannya. Namun, ada seorang polisi yang mengira bahwa gelandangan tersebut ingin mengetahui pukul berapa saat itu.

Hal yang bisa kamu pelajari dari teks anekdot di atas adalah dengan tidak menganggap semua orang berpikiran hal yang sama dan mudah mengambil kesimpulan. Jikalau gelandangan tersebut tidak berpikiran semua orang akan mengganggu tidurnya, maka ia tidak akan menulis ia tidak tahu pukul berapa, sehingga tidak akan dibangunkan oleh polisi.

Contoh Teks Anekdot tentang Status Sosial

Penjual Kue Yang Hebat

Caca membeli beberapa kue dari seorang nenek di pinggir jalan, namun ia tidak bisa melanjutkan perjalanan pulangnya karena tiba-tiba hujan turun deras sekali. Akhirnya Caca dan si nenek penjual kue pun sama-sama berteduh.

Agar tidak terlalu terasa canggung, Caca pun memulai obrolan “Nek, sudah lama jualan kue?” “Sudah sekitar 35 tahun, Nak”, jawab nenek. Caca kembali bertanya, “Memangnya tidak ada yang membantu, Nek?Anak-anak nenek kemana?”

“Anak-anak saya sibuk kerja, ada yang di Polda, rumah sakit, dan juga sekolah” Caca pun kagum mendengar jawaban nenek itu, “Wow, hebat! Walau hanya berjualan kue, namun anak-anak nenek sukses semua ya?” “Ya sama saja Nak, kerjanya seperti saya, jualan kue.”

Makna tersirat dari teks anekdot di atas adalah ketidakseimbangan kondisi ekonomi dalam masyarakat sosial. Hal ini bisa kamu ketahui bahwa anak-anak dari karakter nenek harus turut berjualan kue juga. Maka dari itu, kamu harus bisa belajar lebih giat dan menjadi seseorang yang bermanfaat, sehingga bisa membantu orang yang lebih membutuhkan.

Contoh Teks Anekdot Kritik Sosial

Pada suatu pagi, Arya sedang asik makan soto di warung makan kesukaannya. Setelah kenyang, Arya bergegas untuk pulang.

Di tengah perjalanan pulang, Arya terserempet sepeda motor yang ugal-ugalan. Kecelakaan tersebut mengakibatkan sandalnya putus.

Dengan terpaksa, Arya berjalan kaki tanpa menggunakan sandal. Karena rumahnya jauh, ia memutuskan untuk pergi ke toko terdekat untuk membeli sandal. Akan tetapi, uangnya tidak mencukupi.

Karena uangnya tidak mencukupi, Arya pun mempunyai niat untuk mencuri sandal di masjid yang letaknya hanya beberapa meter dari toko tersebut. Arya hendak mengambil sandal terbaik yang ada di masjid itu.

Sambil duduk di teras masjid, ia memperhatikan setiap orang yang akan masuk ke masjid. Jadi, ketika targetnya sibuk beribadah, ia segera mengambil sandal tersebut.

Aksinya berjalan lancar, Arya berhasil mendapatkan sandal berwarna hitam yang merupakan sandal terbagus di masjid tersebut. Tidak diduga, sang pemilik sandal menyadari bahwa Arya telah mencuri sandalnya.

Pemilik sandal langsung teriak dan mengejar Arya. Perutnya yang buncit, membuat ia tidak bisa berlari kencang. Arya pun tertangkap dan dibawa ke kantor polisi.

Setelah dilakukan penyelidikan, Arya divonis dengan pasal pencurian. Kasusnya pun akan disidangkan satu minggu lagi. Sial sekali Arya, hal sepele ini membuatnya harus terseret ke meja hijau.

Hari persidangan telah tiba, Arya duduk di kursi tersangka dengan wajah tertunduk.

Hakim : “Baiklah, Arya, usia 24 tahun, telah terbukti mencuri sandal seharga Rp30.000,00. Dengan ini, pengadilan memutuskan bahwa Anda bersalah dan Anda dihukum selama 5 tahun penjara.”

Arya : “Loh?! Pak, ini tidak adil, mengapa hukuman saya jauh lebih berat dibandingkan dengan para koruptor?”

Kemudian hakim memberikan penjelasan kepada Arya bahwa ia mencuri sandal sehingga merugikan seseorang 30.000 rupiah. Adapun para koruptor mencuri uang 2 miliar sehingga merugikan 200 juta rakyat Indonesia.

Nah, kalau dihitung dengan saksama, koruptor hanya merugikan 10 rupiah saja setiap orang. Jadi, kerugian akibat tindakan yang dilakukan oleh Arya lebih besar daripada tindakan yang dilakukan oleh para koruptor.

Dari teks anekdot di atas dapat disimpulkan bahwa hukum yang berlaku di sebuah negara tajam ke bawah tapi tumpul ke atas. Hukuman yang diterima oleh para pelanggar aturan seringkali tidak adil, karena koruptor yang memiliki pelanggaran lebih besar dan merugikan rakyat lebih banyak justru mendapatkan hukuman yang lebih ringan.

Contoh Teks Anekdot Kisah Kerajaan

Kerajaan dan Seteguk Air

Suatu hari, Raja Harun Al Rasyid mencari sahabatnya yang bernama Bahlul. la ingin meminta nasihat kepada Bahlul hal yang sangat penting bagi dirinya sebagai seorang raja. Setelah bertemu dengan Bahlul, katanya, “Hai Bahlul, berilah aku sebuah nasihat yang sangat penting bagiku sebagai seorang raja!”

Bahlul berkata, “Katakan padaku, wahai Raja, kalau Tuan Raja kebetulan berada di padang pasir dan hampir mati karena kehausan, tuan akan membayar berapa untuk seteguk air?”

“Kalau orang yang punya air itu tidak mau uang, maukah Tuan Raja menyerahkan setengah dari kerajaan Tuan itu kepadanya?” tanya Bahlul lagi.

“Tentu,” jawab sang Raja.

“Jika setelah minum air itu, ternyata Tuan terkena penyakit yang mengancam jiwa Tuan Raja, Tuan mau memberikan apa untuk memulihkan kesehatan Tuan?” tanya Bahlul melanjutkan.

“Ya, setengahnya lagi,” jawab sang Raja.

“Oh, kalau begitu, Tuan Raja jangan terlalu sombong dengan kerajaan Tuan. Sebab, harga kerajaan Tuan itu sama dengan seteguk air.

Nilai yang dapat diambil dari contoh teks anekdot di atas adalah lebih berhati-hati ketika menjawab pertanyaan dari seseorang, karena bisa saja pertanyaan tersebut adalah jebakan yang dapat membuka watak asli atau keburukan dari orang yang ditanya. Selain itu, hendaknya sebagai pemimpin tidak boleh sombong dan lebih bijak dalam membuat keputusan.

Baca Juga: Kumpulan Contoh Teks Pidato Beserta Struktur, Tujuan, dan Jenis

Contoh Teks Anekdot Komik

(Sumber: Komik Webtoon berjudul Si Juki)

Makna dari anekdot di atas, menggambarkan kondisi kehidupan di kota besar seperti Jakarta. Dimana kemacetan membuat perjalanan harian menjadi sangat tidak efisien. Teks ini juga mengkritik infrastruktur dan transportasi di Jakarta yang seringkali membuat orang mencari solusi lain, seperti kos, meskipun jaraknya sebenarnya tidak jauh dari rumah.

Gimana, apakah sudah jelas? Setelah melihat contoh teks anekdot beserta strukturnya di atas, semoga kamu bisa mencoba sendiri membuat teks anekdot, ya. Jangan malas untuk berlatih! Masih ingin melihat penjelasan lengkapnya? Langsung aja cek video belajar beranimasi di ruangbelajar!

Aulia, Fadillah Tri dan Gumilar, Sefi Indra. (2021) Cerdas Cergas Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk SMA/SMK Kelas X. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

Drs. Subadiyana. (2021) Buku Siswa Bahasa Indonesia SMA/MA Kelas 10. Jakarta: Grasindo.

Rianto, Tomi. (2022) Cara Cepat Menguasai Bahasa Indonesia SMA/MA Kelas X, XI, XII. Jakarta: Bumi Aksara.

Suryaman, Maman, dkk. (2017) Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas X. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.

Tim Quantum Research (2020) Super Master Pelajaran untuk SMA/MA Kelas 10 Semester 1&2 Saintek. Bandung: Yrama Widya